Masjchun Sofwan (lahir di Blitar, Jawa Timur, 7 September 1927 – meninggal di Jakarta, 3 Oktober 2015 pada umur 88 tahun) adalah Gubernur Jambi periode 1979 - 1989. Lulusan Universitas Gadjah Mada ini pernah menjabat sebagai Bupati Temanggung pada tahun 1964 hingga 1978. Ia diangkat menjadi gubernur menggantikan Eddy Sabara yang menjabat sebagai Pejabat Gubernur Sementara. Ia meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta pada 3 Oktober 2015 karena komplikasi beberapa penyakit yang diidapnya.

Latar Belakang dan Keluarga

“Maschun Sofwan lahir di Selorejo Blitar, pada 7 September 1927. Orang tua Maschun Sofwan adalah Imam Sofwan dan Siti Asiyah. Imam Sofwan, ayah Maschun Sofwan, adalah putra keempat dari Moerdinah. Masa kecil beliau dilalui di Selorejo, sebuah kota kecil jauh di sebelah timur Blitar.

Pendidikan Masjchun Sofwan adalah SD atau SNR di Selorejo selama 6 tahun kemudian melanjutkan di SMPN Blitar dan SMAN Malang. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Beliau juga pernah menjadi dosen UGM di Fakultas Hukum. Selain itu, beliau juga pernah menjadi Bupati Temanggung selama dua periode dan sebagai Gubernur Jambi selama dua periode.

Masjchun Sofwan menikah dengan Prof Dr. Sri Soedewi, SH dan dari pernikahan beliau dikaruniai seorang putri bernama putri Ira Indira Kartini. Dalam perjalanan keluarga beliau, ternyata isteri beliau Prof. Dr. Srisudewi, SH dipanggil oleh Allah SWT lebih dahulu. Kemudian beliau menikah kembali dengan dengan Hj. Dra Juniwati. Hj. Dra Juniwati Maschun Sofwan ini saat ini aktif dalam organisasi politik.

Karir dan Politik

Putra pertama bekas kepala Kantor Urusan Agama di Blitar, Jawa Timur, ini senang bekerja keras, disiplin, namun suka merendah. Ia memulai kariernya sebagai hakim pada Pengadilan Negeri Klaten dan Yogyakarta, setahun sebelum meraih gelar sarjana hukum UGM, 1959. Beralih menjadi pamong sejak memangku jabatan Bupati Temanggung, 1964, bekas anggota TRIP Brigade 17 di Jawa Timur ini kemudian menjadi Pembantu Gubernur Jawa Tengah untuk wilayah Kedu. Walaupun berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, Sofwan mengaku tidak mengalami kesulitan selama bertugas di Jambi. "Yang penting tepo seliro, tenggang rasa," ujarnya. Ia juga lapang dada terhadap masukan informasi, berbentuk surat kaleng sekalipun. Sikap itu didukung pula oleh kegemarannya turun ke desa-desa.

Masjchun Sofwan tercatat sebagai salah satu gubernur yang berhasil membangun provinsi Jambi. Beliau lah yang membuka wilayah terisolir di Jambi dengan membangun infrastruktur jalan. Prioritas pertama adalah membangun jalan yang menghubungkan kota Jambi ke ibukota kabupaten. Setelah itu membangun jalan desa di seluruh pelosok Jambi. Karena terobosannya tersebut, Masjchun Sofwan banyak disebut sebagai gubernur ‘buldoser'.

Di samping itu, kemana-mana Masjchun Sofwan juga sering terlihat menaiki ‘buldoser’, Toyota Landrover sasis panjang pabrikan 1975. Kendaraan ini cukup bandel dan anti slip untuk menjelajah seluruh wilayah Jambi yang sebagian besar masih berupa hutan.

Selain berhasil di bidang infrastruktur, prestasi Jambi yang melambung selama kepemimpinan Masjchun Sofwan adalah di bidang olah raga. Banyak prestasi yang diraih para atlet Jambi di tingkat nasional maupun internasional. Yang paling terkenal adalah di cabang olah raga renang. Semua orang pasti tahu prestasi keluarga Raja M. Nasution, terutama Elfira Rosa dan Maya Masita Nasution, di cabang olah raga air ini. Begitu juga di atletik, Sofwan melahirkan Jublina Mangi, pelari jarak pendek gemblengan Steve Thenu, pelatih atletik nasional. Ring tinju juga merasakan tangan dingin Masjchun Sofwan, lewat Heri Maitimu si Raja Kelas Layang, dan Manimbul Silaban. Masjchun Sofwan juga mengganjar atlet berprestasi lainnya bekerja di Bappeda Provinsi Jambi. Strategi Sofwan lewat olaharga, terutama renang berhasil membuat penjuru negeri mengenal Jambi. Karena di era 70-an, tak banyak tahu di Sumatera ada Provinsi Jambi.

Pengujung jabatan, Sofwan membangun jembatan penyeberangan antar kabupaten seperti di Tembesi, Tebo dan Sarolangun. Sebelumnya menggunakan pompong besar berisi cukup tiga mobil.

0 komentar :

Posting Komentar

 
Top